RajaKomen

Perubahan Iklim dan Dampaknya terhadap Petani Maluku Utara

31 Okt 2025  |  51x | Ditulis oleh : Admin
Dinas Lingkungan Hidup

Wilayah Maluku Utara yang dikenal dengan kekayaan alamnya kini tengah menghadapi tantangan besar akibat perubahan iklim. Dalam beberapa tahun terakhir, cuaca di wilayah ini semakin sulit diprediksi. Musim hujan datang lebih panjang dari biasanya, sementara musim kemarau terasa lebih panas dan kering. Akibatnya, para petani yang menggantungkan hidup dari hasil bumi mulai merasakan tekanan besar dari gagal panen, meningkatnya serangan hama, hingga berkurangnya kualitas tanah. Kondisi ini memperlihatkan bahwa perubahan iklim bukan lagi ancaman masa depan, melainkan kenyataan yang harus dihadapi hari ini.

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Maluku Utara melalui https://dlhmalukuutara.id/ menjadi salah satu lembaga yang berperan penting dalam memantau dan menanggulangi dampak perubahan iklim di daerah ini. Melalui berbagai program lingkungan, DLH Maluku Utara mendorong penerapan kebijakan ramah lingkungan, reboisasi lahan kritis, serta sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem. Salah satu fokus utama mereka adalah membantu masyarakat pedesaan, termasuk para petani, agar lebih siap menghadapi perubahan cuaca ekstrem. Upaya ini dilakukan dengan memberikan edukasi terkait pengelolaan air, pemilihan tanaman yang tahan terhadap perubahan iklim, serta pengurangan penggunaan bahan kimia berlebihan yang dapat memperparah kerusakan lingkungan.

Dampak perubahan iklim di Maluku Utara terasa nyata di lahan pertanian. Curah hujan yang meningkat secara drastis sering mengakibatkan banjir, sementara kekeringan di waktu lain membuat tanah kehilangan unsur hara. Petani di Halmahera, Ternate, dan Morotai melaporkan semakin sulitnya menentukan waktu tanam dan panen. Sebelumnya, mereka bisa memperkirakan kapan hujan datang dan kapan tanah siap diolah. Kini, ketidakpastian iklim membuat mereka harus beradaptasi dengan cepat. Sebagian petani mencoba menanam varietas tanaman yang lebih tahan terhadap kondisi ekstrim, namun hasilnya belum sepenuhnya stabil.

Selain itu, penurunan kualitas tanah akibat erosi dan penebangan liar juga memperparah situasi. Daerah-daerah yang dulunya subur kini mengalami penurunan produktivitas karena hilangnya tutupan hutan yang berfungsi menjaga keseimbangan air tanah. Alih fungsi lahan menjadi perkebunan skala besar atau tambang juga menambah tekanan terhadap lingkungan. Dalam kondisi seperti ini, peran pemerintah daerah dan lembaga lingkungan menjadi sangat penting untuk memastikan keberlanjutan ekosistem pertanian di Maluku Utara.

Petani di beberapa wilayah telah mulai mengambil langkah adaptif. Mereka menanam tanaman lokal seperti sagu, singkong, dan pisang yang lebih tahan terhadap perubahan cuaca dibandingkan padi. Selain itu, kelompok tani juga mulai memperhatikan pola tanam berkelanjutan dengan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia. Edukasi dari pihak pemerintah dan lembaga lingkungan terus digalakkan agar petani dapat memanfaatkan sumber daya lokal secara bijak tanpa merusak lingkungan. Di sisi lain, dukungan infrastruktur seperti perbaikan irigasi dan penyediaan air bersih menjadi prioritas untuk menjaga produksi tetap stabil.

Pemerintah pusat dan provinsi telah menaruh perhatian terhadap isu ini. Melalui berbagai program adaptasi perubahan iklim, seperti rehabilitasi lahan pertanian dan pengelolaan air terpadu, harapannya petani dapat lebih siap menghadapi kondisi yang tidak menentu. Upaya penanaman kembali hutan mangrove dan penghijauan di wilayah pesisir juga menjadi langkah penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan mencegah bencana banjir atau abrasi. Semua ini menunjukkan bahwa upaya kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga lingkungan sangat dibutuhkan untuk membangun masa depan pertanian yang tangguh.

Namun, tantangan terbesar tetap ada pada tingkat kesadaran masyarakat. Banyak petani yang belum sepenuhnya memahami hubungan antara perubahan iklim dengan aktivitas manusia, seperti pembakaran lahan atau penggunaan pestisida berlebihan. Di sinilah edukasi lingkungan menjadi sangat krusial. Ketika petani menyadari bahwa menjaga lingkungan berarti menjaga masa depan mereka sendiri, maka perubahan positif bisa terjadi. Dinas Lingkungan Hidup Maluku Utara memiliki peran besar dalam membangun kesadaran ini — bukan hanya melalui regulasi, tetapi juga melalui pendekatan sosial dan edukatif yang menyentuh langsung kehidupan warga.

DLH Maluku Utara melalui https://dlhmalukuutara.id/ terus menegaskan komitmennya dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan membantu petani menghadapi dampak perubahan iklim. Melalui program pemantauan cuaca, edukasi masyarakat, serta dukungan terhadap praktik pertanian ramah lingkungan, dinas ini berupaya menjadi garda terdepan dalam menjaga keberlanjutan sumber daya alam daerah. Upaya tersebut menjadi harapan bagi ribuan petani di Maluku Utara agar mereka tidak hanya bertahan di tengah tantangan iklim global, tetapi juga mampu membangun masa depan pertanian yang lebih hijau, tangguh, dan berkelanjutan.

Berita Terkait
Baca Juga: